Di
S
u
s
u
n
Oleh :
Nama : Mihalul Abrar
Prodi : PAI
Semester / Unit : VI / 1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
ZAWIYAH COT KALA LANGSA
TAHUN AKADEMIK 2009 - 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Tuna Aksara Al Qur’an Remaja di Kota Langsa”. Shalawat dan salam kami junjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa yang mengikuti cabang lomba Karya Tulis Ilmiah. Untuk menambah wawasan, pengalaman dan keahlian serta persaingan dalam mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah yang diharapkan menjadi mahasiswa yang professional dalam bidang penelitian dan membawa harum nama STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang selama ini telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan, serta respon yang baik dalam mengisi angket. Baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi bahasa maupun susunan kalimatnya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi, dewan juri maupun pembaca, khususnya bagi mahasiswa STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Langsa, 6 Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
ABSTRAKSI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 3
E. Metode Penulisan .................................................................. 3
F. Hipotesa ................................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................... 4
A. Pengertian Tuna Aksara Al Qur’an ........................................ 4
B. Sejarah Perkembangan Al Qur’an .......................................... 4
C. Tingkat Tuna Aksara Al Qur’an di Kalangan Remaja ........... 5
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 7
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 7
B. Sumber Data .......................................................................... 7
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 7
D. Teknik Analisis Data .............................................................. 8
BAB IV. PEMBAHASAN DAN PAPARAN DATA ................................ 9
A. Eksistensi Al Qur’an di Kalangan Remaja di Kota Langsa ... 9
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tuna Aksara Al Qur’an
Remaja di Kota Langsa ........................................................ 11
C. Strategi Pengentasan Tuna Aksara Al Qur’an di Kalangan
Remaja ................................................................................... 12
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
ABSTRAKSI
Karya tulis ini memaparkan tentang tingkat tuna aksara Al Qur’an di kalangan remaja di Kota Langsa yang mempengaruhi tegaknya Syari’at Islam secara kaffah. Tak bisa membaca Al Qur’an menjadi fenomena di Aceh, khususnya di Kota Langsa sekarang ini. Selain memprihatinkan, juga menarik untuk dikaji. Karena Aceh identik dengan “negeri syari’at (Islam)”. Artinya, syari’at agama itu ternyata belum berhasil di amalkan, khususnya dalam konteks baca Al Qur’an. Padahal, syari’at agama itu sudah tujuh tahun diterapkan secara formal.
Karya tulis ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang tingkat tuna aksara Al Qur’an remaja di Kota Langsa, dengan menyebarkan angket kepada remaja yang berada di tingkat SMP sederajat dan SMA sederajat. Data tersebut di teliti dengan menggunakan metode korelasi yang menghubungkan antara data satu dengan data lainnya.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat sebesar 76% remaja yang masih tergolong dalam tuna aksara Al Qur’an. Hal itu terjadi dikarenakan berbagai faktor intern dan extern. Melihat angka yang tinggi tersebut, diharapkan pemerintah dan masyarakat berupaya untuk mengentaskan tuna aksara Al Qur’an di Kota Langsa. Agar remaja menjadi generasi penerus bangsa yang ber’aqidah mulia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan Al Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, direnungkan, dan dijadikan sebagai hukum. Berobat dengannya dari berbagai penyakit dan kotoran hati, hingga hikmah lain yang dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya. Allah berfirman :
يَآيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-Mu dan penyembuh bagi penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yunus : 57)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan sebagai pedoman, menjadi obat serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, setiap muslim wajib mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena Al Qur’an adalah kitab suci yang sempurna pengatur segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah hingga penetapan hukum negara di atur dalam kitab yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
Namun pada kenyataannya, saat ini banyak orang yang tidak mengamalkankan ketentuan-ketentuan yang disyari’atkan dalam Al Qur’an, dan lebih banyak lagi orang yang tidak dapat membaca Al Qur’an dengan baik. Bahkan, ada juga yang tidak dapat membaca sama sekali bacaan Al Qur’an.
Ada banyak sebab yang melatarbelakangi seseorang tidak dapat membaca Al Qur’an, salah satunya dikarenakan jarangnya seseorang dalam mengulang bacaan Al Qur’an. Sehingga ilmu membaca Al Qur’an yang pernah dipelajari semula menjadi lupa. Hal tersebut menjadi penyebab terbesar problematika remaja dalam membaca Al Qur’an.
Remaja adalah harapan bangsa yang akan memegang kendali di masa yang akan datang. Baik buruknya seorang remaja dalam melewati fase peralihan, akan memberi gambaran keadan bangsa kedepan. Oleh karena itu, seorang remaja harus dibekali dengan Ilmu Agama yang seimbang dengan tantangan yang dilewati dalam proses remaja menuju dewasa yang penuh gejolak mencari jati diri.
Rutinnya seorang remaja membaca Al Qur’an, membuat ia lancar membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Sehingga akan memahami masalah agama secara mendalam. Karena sumber utama Ilmu Agama adalah Al Qur’an. Jika seseorang rutin membaca Al Qur’an, maka akan membuatnya lancar membaca Al Qur’an, sehingga ia dapat memahami Ilmu Agama. Namun jika seorang remaja jarang membaca Al Qur’an, maka akan membuatnya tidak dapat membaca Al Qur’an dengan baik, atau bahkan sama sekali tidak dapat membaca Al Qur’an, sehingga dapat di asumsikan seseorang tidak banyak tahu tentang Ilmu Agama.
Untuk itu sangat penting mengetahui tingkat kemampuan remaja dalam membaca Al Qur’an, sehingga seluruh elemen masyarakat sadar dan mengambil langkah bijak untuk mengentaskan remaja yang buta huruf Al Qur’an. Karena nasib bangsa ditentukan oleh remaja saat ini, yang akan memegang kendali dimasa mendatang.
Propinsi Aceh telah memberlakukan Syari’at Islam, termasuk Kota Langsa yang telah menerapkan hukum yang di atur oleh Allah dalam Al Qur’an. Sangat ironis jika suatu daerah yang telah menerapkan Syari’at Islam, tetapi masyarakatnya tidak mengetahui dan memahami sumber hukum Syari’at Islam. Apalagi remaja yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang tidak mampu membaca Al Qur’an.
Bertumpu dari permasalahan tersebut, maka penulis merangkumkan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Tuna Aksara Al Qur’an Remaja di Kota Langsa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana tingkat tuna aksara Al Qur’an remaja di Kota Langsa?
2. Apa saja faktor penyebab remaja tidak bisa membaca Al Qur’an?
3. Bagaimana solusi bagi remaja yang tidak dapat membaca Al Qur’an?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat tuna aksara Al Qur’an remaja di kota Langsa.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab remaja tidak bisa membaca Al Qur’an.
3. Untuk mengetahui solusi bagi remaja yang tidak dapat membaca Al Qur’an.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai tingkat tuna aksara Al Qur’an remaja di Kota Langsa serta upaya pengentasan buta huruf Al Qur’an.
E. Metode Penulisan
Pada penulisan Karya Ilmiah ini penulis menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Dimana angket akan penulis sebarkan dengan jumlah 50 lembar ke sejumlah remaja baik tingkat SMP sederajat, SMA sederajat, maupun yang putus sekolah. Dimana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan membaca al Qur’an dan hal-hal lain yang mengacu pada tujuan yang telah ada.
F. Hipotesa
Di Kota Langsa masih banyak remaja yang tidak dapat membaca Al Qur’an dengan baik, bahkan sama sekali tidak dapat membaca Al Qur’an. Tingginya tingkat tuna aksara Al Qur’an remaja, akan menjadikan seseorang mudah terpengaruh dengan berbagai perilaku negatif.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tuna Aksara Al Qur’an
Tuna Aksara adalah tidak dapat membaca dan menulis, atau buta huruf (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 879). Menurut Dzakiah Darajat, Tuna Aksara adalah tidak bisa membaca dan menulis yang dikarenakan tidak pernah belajar membaca dan menulis. (Membentuk Jiwa Anak, Tempo, 2001 : 14 ). Jadi, Tuna Aksara Al Qur’an adalah tidak bisanya seseorang dalam membaca dan menulis serta memahami suara bacaan ayat-ayat Al Qur’an.
Tuna Aksara adalah sebutan yang diberikan pada orang-orang yang tidak dapat membaca dan menulis serta tidak dapat membedakan bunyi atau suara bahasa.
B. Sejarah Perkembangan Al Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang mengandung cahaya rohani guna menerangi jalan hidup mereka (Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia - Al-Islam, 2007 : 7).
Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia secara berangsur-angsur dalam bentuk wahyu. “Dalam riwayat-riwayat yang menceritakan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Qur‘an dapat dipelajari bagaimana ayat-ayat Al Qur‘an menjawab polemik yang ada dimasyarakat dan menghadapi masyarakat Makkah yang memiliki tingkat peradaban rendah yang dengan keras disertai cara-cara kasar menolak ajaran yang dibawa Nabi, ayat-ayat Al Qur‘an menggunakan bahasa janji dan ancaman, bertutur dengan susunan kalimat yang ringkas, padat, langsung dan seringkali menggunakan pilihan kata kutukan yang keras”. (Anwar Mujahidin, Volume 4, 2008 : no 1).
Setiap ayat Al Qur’an yang turun memberi jawaban terhadap segala permasalahan yang terjadi, baik pada saat Nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Al Qur’an diturunkan sebagai pencerahan bagi manusia menuju perubahan menjadi lebih baik.
Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, wahyu-wahyu yang turun hanya di tulis pada benda-benda lalu kemudian dikumpulkan dirumah beliau. Saat itu masyarakat berinteraksi langsung dengan Kalam Allah tersebut dengan menghafalnya. Setelah Rasulullah wafat, maka Al Qur’an disalin dan kemudian di bukukan dan dijamin keasliannya hingga sampai ke tangan kita.
Saat ini Al Qur’an hanyalah sebagai dokumen suci yang hanya menjadi pajangan di sudut ruang rumah. Tanpa di sentuh, tanpa di baca, apalagi di pahami ayat-ayat Allah tersebut. Sehingga syafa’at dan cahaya Al Qur’an berkurang.
C. Tingkat Tuna Aksara Al Qur’an di Kalangan Remaja
Setiap muslim wajib membaca Al Qur’an dan memahami serta mengaplikasikan perintah dan larangan Allah dalam ayat-ayat Al Qur’an. Karena ayat-ayat Al Qur‘an diturunkan tidak hanya untuk memberikan pedoman spiritual terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan pedoman tentang bagaimana menusia mengatur sistem sosial, budaya, politik dan ekonomi keterkaitannya dengan hubungan antar sesama manusia. Allah menjamin siapa saja yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadits, ia tak akan pernah sesat selama-lamanya sesuai dengan Hadits Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. (H.R. Imam Malik, no. 1594).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muslim Hasballah pada tahun 2007 mengenai kemampuan remaja di Aceh Timur dalam membaca Al Qur’an, memberi hasil bahwa sebesar 80% remaja di Aceh Timur tidak dapat membaca Al Qur’an (Melayu Online, 2 Oktober 2007). Melihat kenyataan pahit itu, rasanya hampir mustahil untuk mewujudkan harapan untuk menjadikan daerah ini menjadi daerah yang makmur aman sejahtera didalam hukum Syari’at Islam.
Kita seharusnya prihatin, seperti dilansir satu harian lokal, dengan judul “Banyak siswa Aceh tak bisa baca Alqur’an”. Jumlah sangat besar yang disebut hampir 30% dari siswa SMP dan SMU sederajat di Aceh. Ini tentu masalah besar dalam konteks mendongkrak mutu pendidikan di provinsi ini. Oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh : Muhammad Ilyas, mengaku banyaknya siswa yang tidak bisa mengaji menjadi hal tersendiri di Aceh. Itu sangat fantastik, mengingat Aceh sudah lama memberlakukan Syari’at Islam. (Harian Aceh, 5 Mei 2009).
Tinggi rendahnya tingkat kemampuan remaja membaca Al Qur’an, memberi gambaran kedepan terhadap keadaan masyarakat dalam hal beragama, beribadah, berinteraksi dan menerapkan Syari’at Islam. Semakin tinggi angka remaja yang tidak bisa membaca Al Qur’an, semakin tinggi pula kerusakan dan penyimpangan serta pelanggaran yang terjadi. Namun semakin rendah tingkat remaja yang tidak dapat membaca Al Qur’an, maka semakin rendah pula ancaman kerusakan, pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada BAB III ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menghubungkan data-data yang didapat antara satu dengan yang lain. Selain itu, penulis juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang digunakan. Sehingga diharapkan penelitian penulis bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.
B. Sumber Data
Sumber data adalah remaja Kota Langsa yang berada di tingkat SMP / sederajat, SMA / sederajat dan yang putus sekolah. Data angket disebar sebanyak 50 lembar dengan masing-masing tingkat pendidikan mendapat 5 lembar sebagai sampel yaitu SMP 1, SMP 4, MTs MIM, Pasantren Darul Mu’arif, SMA 1, SMK 1, MAN 2, MAS Ulumul Qur’an dan 10 lembar lagi di sebarkan kepada remaja yang putus sekolah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket penulis dapat menyimpulkan, melalui jumlah responden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah responden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.
D. Teknik Analisis Data
Cara dalam menganalisis data yang didapat yaitu dengan langkah awal memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu mulai menghitung jumlah data, kemudian mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian, penulis menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, disajikan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PAPARAN DATA
A. Eksistensi Al Qur’an di Kalangan Remaja di Kota Langsa
Al Qur’an diturunkan ke muka bumi ini untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Allah SWT berfirman :
الصَّالِحَاتِ يَعْمَلُونَ الَّذِينَ الْمُؤْمِنِينَ وَيُبَشِّرُ أَقْوَمُ هِيَ لِلَّتِي يِهْدِي الْقُرْآنَ هَذَا إِنَّ كَبِيرًا أَجْرًا لَهُمْ أَنَّ
Artinya : “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan ‘amal shalih bahwa bagi mereka ada fahala yang besar.” (Q.S. Al Ishra’ : 9)
Dari ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa Al Qur’an diturunkan sebagai rahmat dan menjadi solusi dari segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup. Jika suatu daerah yang masyarakatnya telah mengamalkannya, maka daerah itu akan makmur, aman dan sejahtera.
Aceh mendapat julukan Negeri Serambi Mekkah, karena mulai dari Aceh lah cahaya Al Qur’an masuk dan menerangi jiwa serta pikiran masyarakat di nusantara untuk beriman kepada Allah. Atas izin Allah, pada saat Islam berkembang pesat, Aceh menjadi salah satu negara yang terkuat di dunia. Hal itu disebabkan karena seluruh elemen masyarakat berpegang teguh pada Al Qur’an sebagai pedoman untuk beriman kepada Allah dan melaksanakan Syari’at Islam.
Dengan bergantinya waktu, cahaya Al Qur’an semakin memudar diakibatkan karena masyarakat meninggalkan Al Qur’an. Sehingga hidup menjadi kacau balau, terjadi pelanggaran dimana-mana, maksiat merajalela, spiritual manusia tidak lagi berpedoman pada Al Qur’an, dan tatanan negara jauh menyimpang dari ajaran agama.
Perubahan itu membuka fikiran beberapa pihak yang merasa bahwa ada hal yang harus diperbaiki dalam tatanan hidup, yang merupakan dasar dari segala permasalahan yang terjadi. Dan atas kesadaran itu, ditetapkanlah Syari’at Islam di Aceh dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Dengan harapan pemberlakuan Syari’at Islam akan mengembalikan marwah Aceh yang semakin memudar dan menjadikan Aceh sebagai sebuah daerah yang berazazkan Islam. Berbagai upaya telah dilakukan, baik penetapan hukum maupun implementasi kepada masyarakat. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang (UU) No. 11 / 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang mengisyaratkan adanya upaya implementasi Syari’at Islam di kalangan masyarakat secara menyeluruh melalui berbagai Lembaga Pendidikan di Provinsi Aceh.
Namun telah hampir berjalan 1 dekade perubahan yang diharapkan tidak membuahkan hasil. Malah yang terjadi adalah berbagai macam penyimpangan dan pelanggaran yang tertutup maupun terbuka yang dilakukan oleh masyarakat Aceh sendiri, menentang pemberlakuan Syari’at Islam dengan berbagai sebab dan akibat dari proses pengkaffahan Syari’at Islam itu sendiri.
Salah satu elemen penting dalam proses pengkaffahan Syari’at Islam adalah remaja. Remaja saat ini akan menjadi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Untuk itu, hal yang dibutuhkan adalah pemahaman mengenai segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ayat-ayat Al Qur’an. Namun kebutuhan remaja dalam memahami ayat-ayat Allah tidak terpenuhi. Salah satu penyebabnya adalah remaja saat ini tidak dapat membaca Al Qur’an dengan baik, bahkan sama sekali tidak dapat membaca huruf-huruf Al Qur’an.
Dari angket berupa pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan kepada sejumlah remaja di Kota Langsa, sebanyak 62% remaja yang dapat membaca Al Qur’an. Sedangkan 34% remaja dalam membaca Al Qur’an masih kurang dan terbata-bata. Selebihnya, 4 persen tidak dapat membaca sama sekali. Ditinjau dari segi menulis ayat Al Qur’an, remaja yang dapat menulis bacaan Al Qur’an hanya 24%. Sedangkan 72 % menjawab sedikit-sedikit. Selebihnya, 4 % sama sekali tidak dapat menulis ayat Al Qur’an. Seseorang dikatakan terlepas dari tuna aksara Al Qur’an apabila ia dapat menulis dan membaca Al Qur’an. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 76% remaja di Kota Langsa masih dikatakan sebagai Tuna Aksara Al Qur’an.
Namun membaca Al Qur’an diatas bukanlah membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai hukum tajwid. Tetapi hanya sekedar dapat mengenal huruf dan mengeja kata per kata. Dari hasil angket, hanya 10% saja yang mengetahui tajwid dan hanya 8% yang dapat membaca Al Qur’an dengan tajwid. Sedangkan yang kurang mengerti tentang tajwid sebanyak 70%. Dan yang tidak dapat membaca Al Qur’an dengan tajwid sebanyak 44%. Hasil ini menunjukkan bahwa betapa rendahnya kualitas bacaan Al Qur’an remaja di Kota Langsa. Untuk itu, dibutuhkan perhatian dari pemerintah dan dukungan dari masyarakat untuk mengadakan upaya pemberantasan Tuna Aksara Al Qur’an di kalangan remaja di Kota Langsa.
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tuna Aksara Al Qur’an Remaja di Kota Langsa
Melihat keadaan remaja di Kota Langsa yang tidak dapat membaca Al Qur’an, sangat memprihatinkan. Dari hasil angket, semua remaja pernah mengaji, baik di tempat pengajian (64%), pasantren (16%), dirumah secara privat (18%) dan di masjid (6%). Namun tingkat kerutinan membaca dan mengulang bacaan Al Qur’an sangat rendah. Hanya 14% yang mempelajari dan mendalami Al Qur’an hingga saat ini. Sedangkan 26% hanya membacanya kadang-kadang. Selebihnya, sebanyak 60% tidak pernah membaca Al Qur’an lagi. Banyak faktor yang menyebabkan remaja tidak belajar Al Qur’an lagi di antaranya :
1. Tidak ada waktu, masih banyak kesibukan lain (42%)
2. Banyak tugas sekolah (14%)
3. Tidak suka dengan gurunya (6%)
4. Tidak suka dengan cara mengajarnya (6%)
5. Malas (6%)
Dari hasil angket di atas, dapat dilihat bahwa mereka lebih sibuk dengan duniawi. Tidak terlepas dari hal itu, disebabkan oleh pengaruh globalisasi dan dorongan orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang sukses dan mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan menjanjikan.
Padahal rata-rata orang tua mengerti bahwa bekal yang paling penting dalam hidup ini adalah agama. Namun sepertinya orang tua tidak terlalu peduli, hal itu terbukti dengan menitipkan anaknya ke tempat pengajian saat anak-anak masih kecil hanya sebagai mengisi waktu luang saja. Mereka seolah tidak ambil pusing kalau anaknya tidak bisa membaca Al Qur’an, dan tidak mengetahui agama. Yang penting tugas mengantarkan kepengajian dan naik kelas di sekolah, sudah cukup. Mereka seolah lupa kalau pendidikan agama dan ahklak yang bersumber pada Al Qur’an adalah modal utama yang harus dimiliki untuk di kembangkan dan di ulang kaji. Karena ilmu agama akan menuntun seseorang berjalan dan melakukan segala sesuatu searah dengan perintah Allah. Terlebih pada remaja, karena pada saat remaja, seseorang akan mengalami perubahan yang luar biasa dari efek peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
C. Strategi Pengentasan Tuna Aksara Al Qur’an di Kalangan Remaja
Berdasarkan qanun No. 5 / 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Aceh disyaratkan semua murid SD harus mampu membaca Al Qur’an secara baik dan benar, sehingga seluruh murid nantinya diharapkan lebih cerdas dan berakhlak mulia. (Waspada Online, 2009 ). Ini merupakan satu langkah tepat yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh. Namun, hal tersebut diharapkan bukan hanya sebagai suatu ketetapan belaka. Tetapi di laksanakan, sehingga tingkat tuna aksara Al Qur’an dapat di kurangi. Strategi lain yang ampuh dalam pengentasan tuna aksara Al Qur’an adalah dengan cara memotivasi seorang remaja belajar Al Qur’an yaitu dengan cara :
1. Mengetahui karakteristik perubahan remaja
Mengetahui karakteristik perubahan pada remaja sangat penting, sehingga guru atau orang tua memperlakukannya sesuai kondisi yang dihadapi remaja.
2. Perhatian lebih orang tua
Perhatian orang tua akan menghangatkan jiwa seorang remaja. Karena saat remaja, seseorang akan mencari jati dirinya. Perhatian orang tua yang cukup, akan membuat remaja menjadi lebih tenang.
3. Kaya metode dan sarana pengajaran
Kaya metode dan sarana pengajaran, atau guru menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan keingintahuan dalam diri remaja.
4. Tingginya wawasan dan informasi dari guru dan orang tua
Tinggi wawasan dan informasi seorang guru atau orang tua, akan membuat remaja penasaran dengan hal-hal yang diyakininya sebagai suatu kemajuan dan modernitas yang dimiliki oleh orang yang dijadikan sebagai panutan. Sehingga seorang remaja akan mendengarkan perintah guru atau orang tua.
5. Pemahaman dan paradigma guru
Pemahaman dan paradigma yang terdapat pada diri guru akan membuat seorang remaja mencontoh segala sesuatu yang dianggap baik.
6. Sahabat yang baik
Secara umum, sahabat yang baik juga menjadi faktor penyebab keberhasilan remaja dan menjadi penyebab positif bagi remaja dalam mempelajari Al Qur’an.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuna Aksara Al Qur’an adalah ketidak mampuan seseorang dalam membaca dan menulis ayat-ayat Al Qur’an. Dari hasil penelitian lewat angket, tingkat tuna aksara Al Qur’an di Kota Langsa masih tinggi yaitu sebesar 76%. Sedangkan yang tidak mampu membaca Al Qur’an dengan tajwid sebesar 90%.
Berbagai faktor penyebab seorang remaja tidak mampu membaca dan menulis Al Qur’an di antaranya :
1. Jarang membaca Al Qur’an.
2. Jarang belajar memperbaiki bacaan.
3. Kurangnya dorongan orang tua.
4. Padatnya waktu yang dihabiskan di sekolah.
5. Minimnya pendidikan Al Qur’an.
Faktor di atas merupakan faktor utama yang membuat seorang remaja tidak mampu membaca dan menulis ayat-ayat Al Qur’an.
Cara yang tepat untuk memberantas tuna aksara Al Qur’an di Kota Langsa yaitu dengan memberi pendidikan membaca Al Qur’an yang menyenangkan, memotivasi dan mendukung remaja untuk terus belajar.
B. Saran
Diharapkan adanya perhatian pemerintah dan dukungan segala pihak untuk melakukan upaya pemberantasan tuna aksara Al Qur’an remaja di Kota Langsa.
Kepada remaja diharapkan untuk terus belajar dan mendalami serta mengaplikasikan ayat-ayat Al Qur’an dalam kehidupan. Karena remaja sekarang akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2002.
Hakim, Abdul, Lau Kaana Khairan Lasabakuunaa Ilaihi, Jakarta : Pustaka Darul Kalam, 2005.
Harian Aceh, 5 Mei 2009.
Http.//www.melayuonline.com
Http.//www.tempo.com/dzakiahdarajat/membentuk pribadi anak/2001
Mujahidin, Anwar, menuju perubahan, Jakarta, 2008.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakarta : Balai Pustaka, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar